14 March 2012

Mimpi: Melihat anak menangis di kelilingi buaya

Keadaan jiwa: rindu pada anak yng tinggal dgn ayahnya (karena dlm process perceraian)

Dalam mimpi, tiba2 aku ada di deket rumah orang tuaku, setelah suamiku (mantan sekarang) mendorong2 ku.  aku sempat terjatuh dengan penuh luka, tapi aku bangkit tanpa merasa sakit, malah aku tersenyum, dan ketika dia hendak mendorongku lagi, aku merasa senyumku semakin tegas (mungkin menyeringai) dan ku tatap dia tanpa kedip (mungkin bisa di kata melotot). Dan sebelum dia pergi dari tatapan, dia berkata, aku tak rela kamu tinggalkan aku, aku akan buat kamu sengsara ...
aku jawab, selama aku percaya adanya perlindungan dari Allah, akan ku hadapi sengsara yng akan kamu berikan ... dia mengendus dan menghilang. Dan disitu kepalaku terbentur tembok sebuah ruangan di deket rumah orang tuaku.


tapi aku temukan ada keanehan, walaupun aku tahu itu adalah daerah rumah orang tuaku, namun rumah tetangga sebelah telah berubah.  yang ada hanya single tembok panjang dengan kaca jendela kecil (sperti kaca nako klo ga salah namanya).

di dalam ruangan tembok itu terdengar suara tangisan balita.  aku mulai panik, karena aku tahu itu suara anakku. tangisnya menjadi2 dan memanggil manggil Mami mami mami ...
aku cari tangga/bangku untuk kujadikan tempat berdiri agar aku bisa melihat ada apa di balik tembok itu. karena aku tahu dia dengn ayahnya, tapi mengapa tangisan anakku begitu ketakutan.

akhirnya aku bisa melihat, aku kaget karena yng kulihat anakku tidak ada diantara ayah dan keluarga ayahnya, yng berjanji akan mengurus anakku. tapi anakku dikelilingi buaya2 yng melihat ganas. aku mulai menjerit2, mengatakan, jangan khaawatir sayang mami akan datang dan menyelamatkanmu... hey, buaya2, awas jangan sentuh anakku, jika kalian tak mau menyesal... teriakku penuh amarah dan takut... ku terus menjerit tapi tak ada yang menolong ... dan rumah orang tuaku berubah menjadi tempat asing.

aku dibangunkan oleh temanku (aku menginap di rumah temanku) yang masuk ke kamar karena mendengar aku mengigau dan menyebut2 nama anakku, badanku sangat panas dan berkeringat, ternyata aku sakit panas.

alam nyata:
esoknya, suamiku (masih pada saat itu) - menelpon bahwa aku harus jemput anakku dari rumahnya (rumahku juga) karena anakku sakit, dan semalaman dia mengigau memanggil2 namaku ...

dgn badan panas aku dan temanku jemput anakku, kami berdua di urus oleh keluarga temanku dan 2 hari kemudian kami sehat.

Dan ketika anakku sehat, ayahnya menjemput anakku yng sebenarnya tak mau ikut dgn ayahnya.  dan ternyata ayahnya berlaku licik. di belakangku dia mengingkari janji (janji yng di setujui oleh kita adalah, berpisah tanpa harus mengikutsertakan pengadilan - hanya ketika melegalkan surat cerai saja, dan ttg anak kita, kita akan baik2 membagi waktu dgn dasar hormat dan pengertian). Tetapi, nyatanya, dia menghubungi pengacara dan mulai menyerangku. awalnya aku biasa saja, karena aku pikir ini hanya gertakan. tapi ketika dia mempersulit anakku tuk berjumpa dgnku dan anakku menangis terus agar dia tinggal bersamaku, disini aku memulai tuk menyerang kembali.

Suamiku dan keluarganya mencoba tuk meracuni pikiran anakku ttg diriku, tapi karena aku tak pernah mengatakan hal2 yng jelek ttg ayahnya dan keluarganya, juga anakku dan aku sangatlah dekat (pada saat itu dia berusia 5 thn) karena ayahnya jarang ada di rumah, kerjanya di luar kota dan hanya pulang tuk satu minggu saja. anakku malah selalu cerita ttg apa yng mereka omongkan ttg aku, walau aku tak pernah meminta dia bercerita... aku mengizinkan dia bercerita apa saja, karena aku tahu dia juga tersiksa.

Alhamdulillah dgn kepercayaanku akan adanya perlindungan dari Allah, walau tak ada satupun keluarga ku yng bisa menolongku
 (baik tuk mendengarkan cerita atau apapun - berhubung jarak yng sangat jauh), dan
keluarga ayah anakku mempersulit semuanya, tapi aku hadapi dgn kejujuran dan ketegaran.  akhirnya mereka mundur dan tidak menolong suamiku lagi tuk mempersulit usahaku tuk mengambil anakku dari ayahnya.  akhirnya pengadilan setelah memberikan suamiku kemenangan hak atas diri anakku, tetapi dia menyia2kan anakku dan memperlakukan semua itu untuk menyakitiku, mereka mencabut hak suamiku tuk mengurus anakku, dgn dasar dan bukti2, dia menelantarkan anakku dalam hal perhatian (bukan dalam hal materi).
dan setelah anakku di tanya oleh pihak pengadilan (ada processnya) dan pertanyaan semua ini dilakukan ketika anakku masih tinggal dgn ayahnya.  akhirnya dgn bukti2 semua itu, pada suatu hari aku di panggil ke pengadilan dgn pengacaraku - juga ayahnya anakku, (tapi dia tidak hadir) jadi semua keputusan di pending lagi untuk satu minggu...

minggu kemudian aku kebetulan sdang berkunjung ke rumah orangtuaku, dan kira2 jam 7 malam aku di telpon oleh pengacaraku, dan di beri tahu bahwa hakim dari pengadilan telah melegalisasikan perceraian, dan aku di berikan hak penuh dalam melindungi anakku (yg pada saat itu masih ada di rumah neneknya dari ayah)... dan juga di beritahu, kalau aku atau anakku tak mau ayah nya mendekat atau menemui anakku, aku mempunya power tuk menelpon polisi.

tapi karena sikapku dari awal perpisahan ini selalu memprioritaskan kenyamanan anakku, aku selalu bertanya apakah dia mau berjumpa ayahnya... kadang dia mau, kadang dia ga- dan kalau dia tidak mau, aku harus menyampaikannya... kadang ayahnya itu merasa malu dan mulai mencoba memaki2 ... paling aku bilang, kamu ingat ya, bukan aku yng membuang kesempatan kamu mengurus dia, tapi kamu sendiri sehingga anak kita ga mau tinggal ma kamu, dan kalo kamu cerdas, kamu pergi sekarang sebelum anak mu nangis dan aku panggil polisi.

dan suatu hari mantan ku duduk di sampingku, dan bilang maafin aku ya ... aku memang sengaja melakukan semua kepicikan karena aku ga bisa nerima aku di tinggalin kamu dan ternyata kamu ga mudah roboh, aku kira kamu akan menangis dan minta kembali padaku, kata dia...

Mimpiku tentang buaya mengelilingi anakku, pada saat itu ku ambil sebagai warning - bahwa kepicikan2 akan datang di hadapanku, aku harus siap dan aku tahu jika aku tidak bijaksana dalam menghadapi apapun saat itu, yng akan jadi korban terberat adalah anakku.

sampai sekarang aku masih ingat mimpi itu, karena itulah yng menjadi penyemangatku untuk tidak tinggal diam ketika aku di serang - dgn segala upaya ku ingin selamatkan anakku.

1998

No comments:

Post a Comment